Selimut Kerudung Nay Dibawah Langit Baiturrahman
Oleh
: Rahmatillah El Bustany (Kang Mat)
Pagi ini begitu cerah, matahari bersinar begitu lembut menerpa
kulit. Embun embun kecil di pohon mangga dengan dedauan yang lebar tampak indah
terpancar matahari. Sedangkan aku masih duduk memegang tasbih sambil melafalkan
kalimat thoyyibah dilinsanku yang basah. Kemudian aku bangkit berjalan kearah
pintu depan. Kubuka pintu dengan santai sambil meamandang kearah luar. Hari ini
adalah hari minggu jadi aku banyak waktu dirumah, pikirku.
Kududukkan tubuhku ke kursi yang berada di depan teras rumah. Aktifitas
orang orang mulai terlihat, terkadang orang yang lewat tersenyum padaku. Layaknya
menunjukkan keramahan, kubalas senyuman itu dengan manis. Hari hari begitu
indah terasa menyejukkan qalbu.
“abang...? mau minum apa?”
Ketika suara itu terdengar ke telingaku, jantungku kembali
terluka. Kenapa suara suara itu selalu saja terdengar di telingaku. Suara yang
selalu membuatku sedih bila mendengarnya. Suara yang sangat aku rindukan, suara
Nayla, istriku. Yang biasa kupanggil dengan “Dik Nay”.
Aku masih ingat cerita indah yang berujung kesedihan dengannnya. Berawal
saat aku diajak temanku, Randu, untuk berpariwisata menghibur diri ketanah
Rencong, Banda Aceh. Aku tinggal di lubuk pakam Sumatera Utara. Saat aku dan
Randu berjalan jalan melihat keindahan masjid baiturrahman banda aceh. Disinilah
awal aku berjumpa dengan dik nay, awal perjumpaan yang indah, saat itu aku melihatnya
diselimuti kerudung biru yang indah sambil memegang mushaf al qur’an.
Wajahnya tersenyum manis memandang kearah kami, aku dan Randu
menghampirinya dan bertanya tanya tentang masjid itu. Dengan lembut dia
menjawab semua pertanyaan kami. mungkin itu semua takdir dari ilahi. sebelum
dia pergi aku mendapatkan nomor telefonnya.
Melalui nomor telefon itu kedekatan diantara kami mulai tampak. Beberapa
bulan kami saling kenal hubungan kami puns semakin akrab. Aku merasa cocok
dengan Nay, hingga pada akhirnya aku dan Nay beranjak pada pernikahan. Jarak
antara lubuk pakam dan banda aceh tidak menjadi penghalang untuk cinta kami.
Setelah menikah dengan Nay, perubahan besar terjadi pada diriku. Dulu,
sebelum diriku mengenal Nay dan memperistirinya aku sama sekali tidak peduli
dengan sesuatu yang berbau islam, sebelumnya aku tidak suka membaca bacaan yang
bernuansa islam, tapi kini perubahan itu telah tampak pada kehidupan, aku mulai
membaca buku pembangkit jiwa dan kajian islam
lainnya.
Nay selalu mengingatkan untuk sholat, membaca alqur’an dan dia
juga mengajakku untuk puasa sunnah senin dan kamis. Aku tak pernah merasa bosan
dan tidak nyaman bila dia mengingatkanku. Aku sangat semangat mengerjakannya,
malah aku terkadang malu jika tidak mengerjakannya.
“Bang, ayo kita sholat sunnah tahajjud ! abang yang jadi imam, ayo
bangun bang..” Ucap nay
“Iya Nay...Nay wudhu’ aja dulu, ntar abang nyusul”
Percakapan kami yang selalu terjadi saat sepertiga malam. Aku adalah
orang yang paling bahagia menurutku mendapatkan seorang istri yang baik,
sementara diriku ornag yang biasa saja. Memang benar wanita sholehah adalah
hiasan dunia dan aku melihatnya dari diri Nay.
Tentang
Penulis
Rahmatillah El Bustany |
NIS :
00212
Nama : RAHMATILLAH EL BUSTANY
Jenis Kelamin : Perempuan
NISN : 9962616642
Tempat Tanggal Lahir : KILO METER 85, 1996-01-09
NIK : 1117044204860001
Agama :
Islam
Kelas : 6 Pi 2 Dayah Terpadu
Bustanul Arifin
Alamat : WONOSOBO, Kec. Wih Pesam, Kab.
Bener Meriah
Ayah/Ibu : USMAN/MARINAH
Post a Comment