Proses Penciptaan Manusia
- Proses penciptaan manusia dalam perspektif sains
a.
Sejarah manusia
Sains menganggap manusia berasal dari suatu makhluk yang digolongkan ke dalam
kelas mamalia (binatang menyusui), kemudian berevolusi dan berkembang secara
kronologis selama jutaan tahun lamanya. Lambat laun menjadi
makhluk yang tergolong dalam orde primat. Dari orde ini manusia
berevolusi menjadi dryantropus. Kemudian terjadi pembelokan garis ke
dalam keluarga (pongid), akhirnya berkembang menjadi beberapa jenis
kera, antara lain: gibbon, orang hutan, gorilla, dan champanze. Sedangkan satu
arah lagi berevolusi menjadi homonid, seterusnya menjadi pithecanthropusn
homo spiens. Dari jenis ini, terus berevolusi menjadi manusia seperti
sekarang ini. Evolusi manusia ini menjadi empat ras terbesar dalam sejarah,
yakni: mongoloid, kaukasoid, austrolid, dan negroid.[1]
Teori evolusi ini cenderung dibenarkan oleh para ilmuwan modern, terutama
setelah ditemukannya beberapa pembuktian dari berbagai fosil yang umumnya
diperkirakan jutaan tahun. Hal ini didukung oleh penemuan yang dilakukan oleh
A. Keith pada tahun 1915. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa ciri-ciri anatomis
murni kera besar. Adanya kesamaan yang dihasilkan dari temuan-temuan
ini, justru tidak terelakkan, karena sulit ditemukan perbedaan-perbedaannya,
baik dari sudut pandang anatomis maupun biologis.[2]
Berdasarkan hasil penemuan ini, maka Klaatsch menyimpulkan bahwa manusia tidak
langsung berasal dari kera primat (kera modern), tetapi berasal dari
keturunan spesies kera umum yang merupakan pendahulu-pendahulu kera modern
dan manusia.[3] Itulah sebabnya, teori evolusi berusaha menunjukkan,
bahwa manusia yang ada sekarang ini berasal dari australopithecus, lantas
sedikit demi sedikit berangsur dan berkembang menjadi homo eractus, kemudian
berubah menjadi gromagnon, akhirnya berevolusi menjadi manusia modern
seperti sekarang ini.[4]
Sebagaimana diketahui, bahwa pencetus teori evolusi adalah J.B. De Lamarck
(1774-1829 M), Charles Darwin (1809-1882 M), dan Alfred Russel Willace (1823-1913
M). Ketiga orang ini dianggap sebagai pencetus teori evolusi yang amat
terkenal. Walaupuan paham seperti ini telah ada jauh sebelum ketiga orang ini,
tetapi artikulasi teorinya secara jelas dan argumentatif justru setelah ketiga
orang itu memasarkannya ke hadapan publik dunia.
Lamarck yang merupakan seorang ahli Botoni Prancis mengatakan, bahwa
kehidupan ini berkembang mulai dari tumbuh-tumbuhan menuju binatang dan dari
binatang menuju kepada manusia. Menurut pendapat ini, organisme tubuh yang
hidup dan berubah karena digunakan, ditelantarkan, atau karena musibah yang
menimpanya. Sebagai contoh, Lamarck menyebut perubahan organisme zirafah.
Zirafah mempunyai kaki panjang yang senang memakan daun-daun yang tinggi
apabila daun-daun yang rendah sudah habis dimakan. Itulah yang menyebabkan
leher dan kakinya panjang. Akibat dari kebiasaan yang terus menerus
dilakukannya itu, sifat organismenya yang demikian itu berpindah secara
turun-temurun.[5]
Sementara Darwin dan rekannya,
Willace berpendapat bahwa ditatap dari sleksi alam (natural selection),
kera mengalami perubahan sedikit demi sedikit, dan jenisnya yang paling
sempurna menuju ke wujud manusia.
Dengan demikian, walaupun teori yang dikemukakan oleh Lamarck berbeda
dengan teori yang dikemukakan oleh Darwin dan Willace, namun kedua teori ini
memiliki kesamaan karena berakhir pada kesimpulan yang sama, yaitu sifat tidak
asli pasti diwarisi oleh keturunannya setelah kurun waktu yang sangat lama.
Kalau sifat yang tidak asli itu belum berpindah pada keturunan yang dekat, maka
pada akhirnya pasti akan menurun setelah keturunan yang satu bergaul dan
berkumpul dengan keturunan yang lain dalam waktu yang cukup lama. Begitulah
yang terjadi, baik pada zirafah maupun pada kera, yang akhirnya menjadi
sempurna.
Keberadaan plasenta, memiliki berbagai peran yang sangat penting pada perkembangan
janin dalam rahim, yaitu: mengeluarkan hormon agar mampu mempertahankan
kehamilan dan pertumbuhan janin dalam rahim, sebagai penyekat, sehingga
darah ibu dan janin tidak bercampur, sebagai penghalang masuknya
berbagai penyakit menuju janin, sebagai paru-paru janin untuk mendapatkan
oksigen dari darah ibu, sebagai akar janin untuk mendapatkan nutrisi dari darah
ibu.
Menjelang akhir kehamilan plasenta ikut berperan dengan menurunkan pengeluaran
hormon, sehingga rahim mudah dirangsang oleh oksitoin (hormon) hipofise bagian
posterior. Oleh karena itu, tidaklah keliru bila masyarakat Indonesia,
menghormati ari-ari (plasenta) tertentu, yang dianggap berjasa besar memelihara
janin selama kehamilan. Perkembangan janin tidak dapat dipisahkan dari
pembahasan tentang cairan amnion (air ketuban), tali pusat (funikuli), dan
perkembangan janin itu sendiri.
Sebagaimana dikemukakan, bahwa nidasi zigot dalam bentuk blastokist
terdapat kantong cairan dan cairan itulah yang berkembang menjadi air
ketuban. Dalam blastokist terdapat calon janin disebut fetal plate
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang komplek menjadi embrio janin (fetus)
sampai mencapai hamil cukup bulan. Air ketuban terus bertambah sehingga jumlah
normal antara 700-1000 cc. Air ketuban sangat penting untuk perkembangan janin
dalam rahim, karena air ketuban memberikan gerak bebas janin dalam rahim,
memberikan kesempatan perkembangan ke segala arah pada janin, melindungi janin
dari trauma langsung atau tidak langsung, sebagai buffer (penahan) sehingga
panas dan dingin tetap stabil di sekitar janin, membantu pada saat persalinan
air ketuban berfungsi sebagai pelindung janin dari tekanan langsung kekuatan
kontraksi otot rahim, pembersih beberapa bakteria pada saat selaput pecah,
sebagai pelumas sehingga jalan lahir licin. Air ketuban tidak statis tetapi
terus diganti dengan aliran tertentu.
Tali pusat (funikuli) adalah penghubung plasenta dengan janin, yang di
dalamnya tedapat dua pembuluh darah atteria, satu vena umbilikalis, dan
terbungkus oleh Jeli Wharton. Panjang tali pusat sekitar 30-100
cm. Tali pusat berfungsi untuk mengalirkan nutrisi dari ibu menuju janin
melalui vena umbilikalis, mengalirkan sisa metabolisme janin menuju peredaran
darah ibu melalui arteria umbilikalis, memberikan kesempatan janin bergerak
bebas dalam cairan amnion. Dalam beberapa keadaan tali pusat dapat membahayakan
(insersi velamentosa, insersi ditepi plasenta "margin alis"), terjadi
lilitan tali pusat yang mengurangi atau mnghentikan aliran darah menuju janin
(gangguan aliran darah menuju janin menyebabkan pertumbuhan tidak normal,
gangguan yang paling gawat adalah kematian dalam rahim).
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sangat komplek dipengaruhi
oleh kesehatan ibu, janin dan plasenta sebagai akar yang akan memberikan
nutrisi. Pertumbuhan hasil konsepsi ditetapkan tiga tahap penting: (a) tingkat
ovum (telur) umur 0-2 minggu dan belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan; (b) embrio
(mudigah), sudah terdapat rancangan bentuk alat-alat tubuh dan berumur 3-5
minggu; (c) janin (fetus), sudah berbentuk manusia dan berumur di atas 5
minggu.
Secara sederhana dapat disampaikan, bahwa kuning telur manusia
sangat sedikit, sehingga segera setelah konsepsi harus dapat melakukan
nidasi-implantasi untuk mendapatkan nutrisi dari jaringan desidua lapisan
dalam rahim dengan jalan terobosan enzimatik proteolitik. Dalam waktu
sekitar 8-10 hari sudah mulai terobosan langsung masuk pembuluh darah ibu,
sebagai nutrisi kini berasal dari darah vena
yang kaya bahan makanan. Pada hari ke-14, pembuluh darah arteria terbuka
sehingga mudigah mulai mendapatkan makanan dari peredaran darah ibu, sebagai
titik awal peredaran darah pertama. Sejak saat itu pertumbuhan dan perkembangan
janin, sepenuhnya mendapat nutrisi dari plasenta sebagai akar janin yang
terbenam pada rahim ibu. Dengan demikian, setiap terjadinya gangguan
perkembangan plasenta sebagai akar janin akan mengganggu perkembangan janin.
Karena paru-paru janin belum berkembang, maka oksigen pun didapat dari
darah ibu, karena darah janin mempunyai kemampuan menyerap oksigen lebih baik
dari darah ibu, dan sebaliknya darah ibu lebih besar kemampuannya untuk
mengambil karbon dioksida dari janin, untuk selanjutnya dibuang melalui paru-paru ibu sedemikian rupa sehingga hemoglobin
dalam butir darah janin langsung dapat menghisap oksigen dari udara,
setelah tangisnya yang pertama. Dengan demikian, hisapan lendir untuk
membersihkan jalan napas sangat penting, sehingga kemampuan paru-parunya untuk
menghisap oksigen langsung makin baik.
Bulan ke-0, Saat terjadi pembuahan. Sebuah sel telur dan ovum
ibu dibuahi oleh sperma dari sang ayah. Salah satu dari jutaan spermatozoa,
yang paling gesit akan membuahi sel telur tersebut. Pada saat itulah sebenarnya
konsepsi kehidupan mulai terjadi. Kombinasi genetika antar sang ayah dan sang
ibu akan menentukan sifat fisik maupun psikis dari si anak, lewat kombinasi
sekitar 30.000 gen i dalam diri sang bayi.
Bulan ke-1, minggu ke-4, janin telah mengalami pertumbuhan sangat cepat
hingga mencapai 10.000 kali lipat dibandingkan dengan ukuran saat pembuahan.
Pada tahap ini organ-organnya sudah mulai tampak. Seperti tangan, kaki, mata,
dan telinga. Tulang punggung dan otot-ototnya juga mulai tampak. Bahkan system
sirkulasi darah lewat jantung sudah mulai bekerja. Plasenta/ari-arinya
membentuk system pertukaran darah yang unik antara ibu dan janin.
Bulan ke-2, minggu ke-8, organ-organnya telah terbentuk secara lengkap,
seperti dewasa kelak. Akan tetapi belum terbentuk secara sempurna. Jantungnya
berdetak lebih kencang disbanding bulan ke-1. Pencernaan dan ginjalnya mulai
berfungsi. 40 otot mulai bisa digerakkan tersambung ke system saraf.
Tulang-tulang muda mulai berubah menjadi semakin mengeras.
Bulan ke-3, minggu ke-12, perkembangan organ-organ tubuhnya semakin jelas.
Mulutnya mulai bisa buka-tutup. Bisa mengernyitkan dahi, mengangkat alis mata,
dan menggerakkan kepala. Kukunya mulai tumbuh di jemarinya. Tulang punggung dan
dan tulang dadanya semakin terbentuk sempurna.
Bulan ke-4, minggu ke-16. Kini panjang janin sekitar 15 cm. Badannya
semakin berisi, dan semakin jelas perbedaan antara organ-organnya. Kepala,
leher, dan tulang belakangnya membentuk lengkungan yang makin proporsional.
Terbentuk lapisan kulit transparan, menggantikan membran yang yang meliputinya.
Mata masih tertutup. Hidung, mulut, telinga, dan mata, bentuknya tambah bagus.
Bulan ke-5, minggu ke-20. Panjang badannya mencapai 30 cm, dengan berat
sekitar 0,5 kg. Sang ibu mulai merasakan gerakan janin. Jika ada suara keras,
janin itu bisa terkejut dan bergerak-gerak agak kasar. Sekali waktu sang ibu
merasakan janinnya 'cegukan'. Si janin juga mulai bisa bergerak berputar, dalam
posisi bersedekap.
Bulan ke-6, minggu ke-25. Kelenjar keringatnya mulai berfungsi. Kulitnya
yang lembut dilindungi oleh semacam lapisan lembek yang disebut Vernik, dari
cairan sekitarnya. Dia mulai bisa membuka kelopak mata. Dia sudah mulai bisa
membedakan gelap dan terang. Perubahan denyut jantungnya juga sudah bisa
dideteksi dan direkam. Dia meminum cairan tubuhnya, dan dikekuarkan lewat
urine. Mekanisme ini akan melindunginya ketika dia lahir prematur.
Bulan ke-7, minggu ke-30. Keempat indranya sudah berfungsi, yaitu
penglihatan, pendengaran, pengecap, dan peraba. Dia juga mulai mengenali suara
ibunya. Gerakannya jadi terbatas, karena badannya yang semakin besar. Tapi ia
bisa mengulum ibu jarinya. Ia sering membuka mata untuk mencari sesuatu. Air
tubanya telah berkurang separuh untuk memberi ruang gerak kepadanya. Berat
badannya bertambah dengan cepat mencapai 2 kg pada akhir usia kandungan 7
(tujuh) bulan.
Bulan ke-8, minggu ke-35. Kulitnya mulai menebal dengan semacam lemak di
bagian bawahnya. Antibodinya terbentuk. Dia menyerap sekitar 1 galon air tuba
sehari. Dalam 3 jam air tubanya sudah berganti baru semuanya. Dia semakin
mengenal lingkungan, misalnya suara ibunya atau suara-suara tertentu seperti
musik. Badannya bertambah 1 kg.
Bulan ke-9, minggu ke-38. Badannya hanyalah bertambah sekitar 0,5 kg.
karena plasentanya sudah menua dan bersiap-siap untuk lahir. Biasanya janin
hanya menambah lemak untuk pelindung tubuhnya agar tetap hangat. Juga agar
badannya terlihat lebih montok. Dia segera mengatur posisinya agar mudah saat
dilahirkan.
Untuk mempermudah mengetahui perkembangan janin di
dalam rahim dapat dilihat pada tabel berikut:[8]
Pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim
No.
|
Panjang
|
Berat
|
Tinggi Rahim
|
Keterangan
|
1
|
8-10 mm
|
-
|
-
|
Kepala 1/3
mudigah saluran
Jantung terbentuk
|
2
|
250 mm
|
-
|
|
Organ terbentuk:
Muka
Ekstremitas
Kelamin tampak
|
3
|
7-9 cm
|
-
|
Atas simfisis
(tulang kemaluan)
|
Pusat tulang
Kuku
Ginjal
Mulai ada gerak
|
4
|
10-17 cm
|
100 gr
|
1/2 atas simfisis
|
Kelamin tampak
Rambut berbentuk
Gerak nyata
|
5
|
18-27 cm
|
300 gr
|
Setinggi pusat
|
Jantung terdengar
Mulai bernafas
|
6
|
28-34 cm
|
600 gr
|
Di atas pusat
|
Kulit terdapat
lemak
Vernik kaseosa
tampak
|
7
|
35-40 cm
|
1.000 gr
|
1/2 simfisis
prosesus xipoideus
|
Dapat hidup bila
lahir
Suara tangis ada
|
8
|
42,5 cm
|
1.700 gr
|
2/3 atas pusat
|
Kulit merah
Gerak aktif
|
9
|
46 cm
|
2.500 gr
|
Setinggi prosesus
xipoideus
|
Kulit penuh lemak
Alat sudah
sempurna
|
10
|
50 cm
|
3.000 gr
|
Dua jari bawah prosesus xipoideus
|
Kepala lanogo
baik
Kuku panjang
Testis telah
turun
|
- Proses penciptaan manusia dalam perspektif Islam
a.
Penciptaan Adam dan Hawa menurut tafsir
al-Qur'an dan al-Hadits
Satu hal pasti, bahwa Nabi Adam merupakan makhluk (manusia) yang pertama
kali diciptakan oleh Allah SWT. Sehingga, tak salah jika beliau mendapat gelar abul
basyar. Hal ini dapat dibuktikan melalui beberapa firman-Nya yang terdapat
dalam al-Qur'an. Allah seringkali menyebut anak keturunan Adam dengan redaksi ya
bani Adam,[9] yang mana kalimat ini
mengindikasikan, bahwa beliau merupakan bapak (nenek moyang) dari manusia yang
ada di muka bumi ini.
Namun, ada sebagian Ahli Tafsir yang berpendapat, bahwa kalimat ya bani
Adam belum tentu mengindikasikan Adam-lah yang pertama kali tercipta di
dunia ini.[10] Asumsi sebagian orang, bahwa Adam merupakan manusia pertama,
sesungguhnya tidak didasarkan pada suatu dalil yang qath'i, namun juga
tidak terdapat dalil yang menafikan pernyataan tersebut.[11] Sehingga, pernyataan bahwa Adam merupakan manusia
pertama mungkin saja benar.
Bahkan, menurut al-Alusi, tatkala menafsirkan surat al-Nisa' ayat 1[12], beliau menyatakan bahwa, sebelum Nabi Adam diciptakan
sebagai nenek moyang manusia, telah diciptakan 30 Adam sebelumnya. Jarak antara
satu Adam dengan Adam lainnya adalah 1.000 tahun. Jadi, umur dunia setelah
diciptakan Nabi Adam adalah 50.000.[13]
Selanjutnya, al-Alusi mengutip pendapat Muhammad ibn Ali al-Baqir yang
mengatakan bahwa, sebelum diciptakan Nabi Adam, telah ada bapak-bapak kami
berupa beribu-beribu Adam, atau lebih banyak dari itu.[14] Dari pendapat al-Baqir ini, jelaslah beliau termasuk
ulama' yang setuju bahwa, Nabi Adam bukanlah manusia pertama yang menghuni bumi
ini.
Dengan demikian, sebelum Allah menciptakan Nabi Adam sebagai nenek moyang
manusia, telah ada Adam-Adam lain yang terlebih dahulu menghuni bumi ini. Namun,
mereka saling menumpahkan darah di antara mereka sendiri yang menyebabkan
mereka punah. Sebagai gantinya, Allah menciptakan Nabi Adam dan keturunannya
untuk menggantikan posisi mereka guna mendiami dan memakmurkan bumi.
Sehubungan dengan diciptakannya Nabi Adam, terlebih dahulu Allah mengimformasikan
kepada para malaikat. Para malaikat memprotes terhadap Allah terkait akan
diciptakannya Adam tersebut. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur'an surat al-Baqarah
ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي
الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ. (البقرة: ٣٠)
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada
para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi’. Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan menyucikan Engkau?' Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. al-Baqarah: 30)[15]
Allah
tidak merespon perkataan malaikat tersebut,
namun Dia tetap pada pendiriannya menciptakan Nabi Adam. Tepatnya pada hari
Jum'at (setelah ashar),[16] Allah
menciptakannya dari tanah, sebagaimana dalam firman-Nya:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ
ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ. (آل عمران: ٥٩)
Artinya: "Sesunguhnya misal (penciptaan)
Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Jadilah' (seorang manusia), maka
jadilah dia." (Q.S. Âli 'Imrân: 59)[17]
Dari ayat Ali Imran di atas sangat jelas bahwa, Allah menjadikan Nabi Adam dari tanah, sebagaimana
Nabi Isa juga diciptakan dari tanah. Kata Adam, menurut Ahl al-Kitab adalah
sebuah nama yang berasal dari Suku Suryani. Sedangkan yang lain mengatakan
bahwa, kata Adam berasal dari Suku Arab, sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam
al-Jauhari dan Imam al-Juwaliki.[18]
Terkait dengan penciptaan Nabi Adam dari tanah,
Nabi Muhammad saw juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ
آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الأَرْضِ فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى
قَدْرِ الأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمُ الأَحْمَرُ وَالأَبْيَضُ وَالأَسْوَدُ وَبَيْنَ
ذَلِكَ وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ
Artinya: "Sesungguhnya Allah menciptakan Nabi Adam dari segenggam tanah yang
diambil dari berbagai jenisnya. Kemudian anak keturunannya diciptakan dari satu
jenis saja, ada yang merah, putih, hitam, dan gabungan antara keduanya, ada
yang lunak dan ada yang kasar, ada yang jelek dan ada yang baik. [19]
Dari ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan,
bahwa Nabi Adam memang diciptakan dari tanah, sebagaimana juga keturunannya
(manusia). Hanya saja, terdapat sedikit perbedaan antara Nabi Adam yang disebut
sebagai abul basyar dengan manusia pada umumnya. Nabi Adam murni diciptakan
dari tanah, sedangkan keturunannya (manusia) diciptakan dari sperma dan ovum,
yang keduanya secara tak langsung berasal dari tanah.
Setelah Adam tercipta, ia pun secara perlahan
berfikir tentang dirinya. Adam hidup sebatang kara di dalam surga, tak ada
teman tuk saling berbagi dan bercanda ria. Hari-hari ia lalui dengan hati
gelisah, pikiran tak menentu, dan tak memiliki gairah hidup. Ternyata Adam
merasa kesepian dan butuh seseorang untuk menemaninya di dalam surga.
Sebagai sang pencipta, Allah paham apa yang ada
dalam pikiran Nabi Adam. Akhirnya, Dia menciptakan Hawa yang -katanya-
diambilkan dari tulang rusuk kiri Adam untuk menemaninya di dalam surga.[20] Kegelisahan yang selama ini selalu mengganggu dirinya
telah sirna. Kegundahan hatinya telah terobati berkat hadirnya sesosok manusia
yang secara fisik berbeda dengannya, yang tak lain adalah Hawa.
Berkenaan dengan penciptaan Hawa, barangkali kita
sepakat bahwa, dia merupakan wanita pertama -manusia kedua setelah Nabi Adam- yang
diciptakan Allah. Sebagaimana kita juga sepakat, bahwa Nabi Adam adalah manusia
pertama. Hanya saja, perselisihan terjadi dalam proses penciptaannya. Benarkah Hawa
tercipta dari tulang rusuk kiri Nabi Adam, atau ia juga tercipta dari tanah
sebagaimana Adam diciptakan?.
Dalam hal ini, ulama' terpecah menjadi dua kubu. Kubu
pertama mengatakan bahwa, Hawa diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam,
pendapat ini dimotori oleh kalangan jumhur al-mufassirin (ulama' salaf).
Kubu kedua mengatakan bahwa, Hawa tak jauh beda dengan proses penciptaan
Adam. Kalau Nabi Adam diciptakan dari tanah, maka ia pun juga diciptakan dari
tanah. Pendapat ini diprakarsai kalangan mufassir kontemporer.
Sesungguhnya perbedaan pendapat yang terjadi di
antara kedua kubu ini sama-sama berangkat dari penafsiran mereka terhadap
firman Allah surat al-Nisa' ayat 1:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. (النساء: ١)
Artinya:
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah
menciptakan istrinya; dan dari keduanya mengembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah pada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi waktu." (Q.S.
al-Nisâ': 1)[21]
Inti
dari perbedaan
pendapat di antara mereka terletak pada kalimat نفس واحدة. Kalangan
jumhur al-mufassirin dan mufassir kontemporer, memiliki pandangan yang berbeda
tentang maksud kalimat tersebut, sesuai dengan dalil yang mereka gunakan dan
porsi kemampuan masing-masing dalam memahami teks al-Qur'an.
Kubu
pertama, yang dipelopori jumhur al-mufassirin mengatakan, bahwa
yang dimaksud dengan kalimat نفس واحدة adalah Nabi Adam, sedangkan kalimat زوجها adalah pasangan Adam, yaitu Hawa. Sehingga, menurut
mereka Hawa diciptakan dari Nabi Adam, tetapnya dari tulang rusuk bagian kiri.[22]
Ada
beberapa alasan yang mereka ajukan terkait dengan pendapatnya tersebut, di
antaranya:
1). Hadits
Nabi yang mengatakan, bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِي جَارَهُ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٌ
فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ
لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا. (رواه البخارى)
Artinya: "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah
menyakiti tetangganya dan
berpesan baiklah pada para perempuan, sesungguhnya mereka diciptakan dari
tulang rusuk. Jika engkau terburu-buru
meluruskannnya, maka engkau akan
mematahkannya. Tapi jika kau biarkan ia
akan tetap bengkok. Maka sekali lagi,
berwasiatlah kebaikan pada perempuan." (H.R. Bukhâri)[23]
2). Penggunaan
huruf jar min yang bermakna tab'id (sebagian).
Dengan
adanya huruf jar min, menurut mereka sangat jelas, bahwa proses penciptaan Hawa
tidak sama dengan Adam. Dengan kata lain, Hawa tidak diciptakan dari tanah
sebagaimana Adam, tapi menurut mereka Hawa diciptakan dari salah satu tulang
rusuk bagian kiri Adam. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan huruf jar
min yang terdapat dalam ayat tersebut. Di mana huruf tersebut berfaidah tab'id
(sebagian).
Kubu
kedua, yang diprakarsai kalangan mufassir kontemporer, semisal
Rasyid Ridha menafsiri kalimat نفس واحدة dengan insaniyah, yakni
suatu sifat yang menyebabkan manusia disebut manusia.[24] Dalam pandangan mereka laki-laki dan perempuan diciptakan dari jenis yang
sama. Sehingga, tidak benar kalau dikatakan Hawa diciptakan dari salah satu
tulang rusuk bagian kiri Adam. Namun, menurut mereka Hawa juga diciptakan dari
tanah.
Hal
senada juga dikemukakan oleh Abu
Muslim al-Asfahani dan Ibnu Bahr yang menyatakan, bahwa dalam lafazh nafsin
wâhidah membuang mudhaf, yaitu kata jinsi. Asal kalimat "min
nafsin wahidah" adalah "jinsi nafsin wahidah". Sehingga
dhamir dalam kalimat زوجها منها وخلق kembali pada lafazh جنس yang dibuang. Dengan demikian
asal kalimat tersebut adalah جنسها زوجها
من
وخلق yang berarti
"Dan Allah telah menciptakan pasangan Adam dari jenisnya Adam
sendiri". Jika Allah mampu menciptakan Adam dari tanah, maka Allah
mampu menciptakan Hawa dari jenis yang sama.[25]
b.
Penciptaan manusia dalam rahim
Sejak pertama kali diciptakan, manusia memiliki sejuta misteri yang sampai
saat ini belum terpecahkan. Dari bentuk fisiknya dan beberapa komponen yang
terdapat di dalamnya menyisakan misteri yang sangat menakjubkan. Dari bentuk
tubuhnya, jarang dijumpai tubuh manusia bahkan sama sekali tidak ada yang
berbentuk lancip. Namun, semua bentuk tubuhnya tak bertepi. Demikian pula
dengan beberapa komponen yang terdapat di dalamnya. Denyut jantungnya yang tak
sedetik pun pernah berhenti, aliran darahnya pun terus menerus mengalir ke
sekujur tubuhnya. Lantas, seperti apakah proses penciptaannya?, sehingga ia
menyisakan banyak misteri.
Proses penciptaan manusia[26] ini dapat dilihat dari firman Allah dalam surat
al-Taubah ayat 7-9 berikut:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ
جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ . (المؤمنون : 12-14 (
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling
baik." (QS. Al-Mukminun: 12-14)[27]
Berdasarkan ayat di atas, Imam Fakhruddin al-Razy mencoba memberikan
gambaran tentang proses penciptaan manusia dalam rahim. Dalam pandangan beliau,
setidaknya penciptaan manusia melalui tujuh fase berikut:
Pertama, manusia tercipta dari tanah. Hal ini merupakan
proses terbentuknya sperma dan ovum dari suami dan istri. Sperma
dan ovum ini dihasilkan dari tanah melalui makanan yang mereka konsumsi, lambat
laun makanan tersebut berproses hingga pada akhirnya menghasilkan sperma dan
ovum.
Kedua, sperma dan ovum yang dihasilkan dari tanah,
berada dalam tulang punggung laki-laki dan perempuan. Melalui proses pernikahan
di antara keduanya (jima') terciptalah seorang anak manusia di dalam
rahim seorang perempuan tersebut. Yang mana, rahim menjadi tempat yang kokoh
bagi keberlangsungan sperma.
Ketiga, sperma suami yang telah menyatu dengan ovum
istri yang dihasilkan dari persenggamahan mereka, menetap dalam rahim si istri
yang kemudian berproses menjadi sebuah 'alaqah, yaitu segumpal darah
yang padat (jamid).
Keempat, dari segumpal darah yang padat tersebut
kemudian berproses kembali menjadi segumpal daging. Proses perpinpadahan dari
segumpal darah menjadi segumpal daging ini merupakan awal dari penciptaan
manusia (khalh). Pada saat inilah, Allah mulai membentuk anggota-anggota
badannya.
Kelima, dari segumpal daging ini, Allah menjadikan
tulang-belulang. Hal ini merupakan kelanjutan dari proses segumpal daging yang
lama kelamaan mengeras sehingga menjadi tulang-belulang.
Keenam, tulang-belulang ini kemudian dibungkus
dengan daging. Seakan-akan daging tersebut laksana pakaian yang dapat menutupi
anggota badan seseorang.
Ketujuh, adalah menjadi makhluk yang sempurna (khalh
al-akhar). Artinya, ia memiliki perbedaan yang sangat jelas dari yang
sebelumnya, memiliki pendengaran, penglihatan, pengetahuan, dan lain
sebagainya.
Sedangkan menurut pandangan seorang pakar tafsir kontemporer, Prof., Dr.
Umar Shihab M.A, proses penciptaan manusia melalui delapan fase. Fase-fase
tersebut antara lain sebagai berikut:[28]
Pertama, tanah sebagai proses awal. Masyarakat di masa
lalu masih mempertanyakan persoalan ini. Namun, penting untuk diketahui bahwa
manusia terbuat dari tanah, disebabkan oleh dua hal: (1) manusia merupakan
keturunan Nabi Adam, sementara Adam sendiri diciptakan dari tanah; (2) sperma
dan ovum yang menjadi cikal
bakal manusia justru bersumber dari saripati makanan yang dikonsumsi oleh
manusia. Sedangkan saripati makanan itu berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan
yang makan rerumputan. Adapun tumbuh-tumbuhan dan rerumputan tumbuh di atas
tanah. jadi jelaslah pernyataan al-Qur'an yang menegaskan bahwa manusia berasal
dari tanah.
Kedua, proses yang berasal dari air mani (nutfah).
Setelah manusia memakan berbagai makanan yang bersumber dari tanah, akhirnya
berbuah sperma dan ovum. Sperma dan ovum inilah disebut dengan nutfah,
di mana pertemuan keduanya melahirkan puncak kelezatan hubungan suami-istri saat
bersenggama.
Ketiga, proses yang melekat ('alaqah).
Konsekwensi dari senggama (coitus) antara suami-istri tadi, mengeluarkan
sperma dan ovum, kemudian keduanya bercampur dan menetap di rahim setelah
berubah menjadi embrio ('alaqah).
Keempat, proses
menjadi segumpal daging (mudghah). Segumpal daging ini merupakan proses yang berasal dari 'alaqah.
Segumpal daging yang sempurna (mudghah mukhallaqah) itulah yang kelak
berproses menjadi bayi yang sempurna panca inderanya. Sedangkan segumpal daging
yang tidak sempurna (mudghah ghairu mukhallaqah) itulah yang nantinya
berproses menjadi bayi yang tidak sempurna panca inderanya.
Kelima, proses menjadi tulang belulang ('izham).
Izham merupakan proses kelima penciptaan manusia menurut al-Qur'an.
Proses ini merupakan kelanjutan dari mudghah. Dalam hal ini, bentuk embrio
sudah mengeras dan menguat sedikit demi sedikit sampai berubah menjadi tulang
belulang.
Keenam, proses
menjadi daging (lahmah). Lahmah merupakan fase embrio sesudah 'izham (tulang-belulang).
Jadi, sebuah fase di mana tulang belulang manusia sudah terbungkus oleh daging,
sehingga embrio sudah menyerupai ekor kecil yang perutnya buncit, dan merupakan
fase terakhir dari embrio.
Ketujuh, proses peniupan roh. Fase peniupan roh ini
adalah fase kehidupan mulai bergerak. Setelah dilengkapi pendengaran,
penglihatan, dan hati. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi.
Mulailah bergerak.
Delapan, proses kelahiran ke muka bumi. Setelah
sembilan bulan lebih berada di rahim –bayi yang ada di dalam rahim yang sudah
sempurna itu- lahirlah bayi tersebut ke atas dunia, dan mulailah ia menghirup
udara kehidupan menjadi seorang manusia yang mengemban tugas sebagai khalifah
Allah di muka bumi.
Rasulullah juga pernah menjelaskan mengenai proses pembentukan janin dalam
rahim seorang ibu. Dari semenjak awal penciptaan hingga akhir penciptaan,
berkenaan dengan takdir, baik rizqi, ajal, dan sebagainya. Penetapan takdir
pada janin ini terjadi pada saat ia berumur 120 hari (4 bulan). Sebagaimana
sabdanya:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ
فِى ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ
ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ
كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ هُوَ أَمْ سَعِيْدٌ… (رواه الببخارى)
Artinya: "Sungguh seorang dari kalian
terhimpun penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari, lalu empat puluh
hari berujud segumpal darah, lalu 40 hari berujud segumpal daging, kemudian
malaikat (petugas ruh) diutus untuk meniupkan ruh padanya (setelah usia
kandungan 120 hari) dan malaikat itu diperintahkan untuk mencatat 4 ketentuan,
yaitu ditentukan rizkinya, ajalnya, prilaku-prilaku, dan apakah sebagai orang
yang celaka atau orang yang beruntung...." (H.R. al-Bukhari)[29]
c.
Periodisasi pertumbuhan dan perkembangan
Sebelum manusia terlahir ke dunia, ia telah
mengalami masa-masa perkembangan di dalam rahim seorang perempuan. Sembilan
bulan lamanya berada dalam rahim menjadikan ia terlahir secara sempurna.
Setelah lahir pun ia mengalami perkembangan dan petumbuhan, sehingga membentuk
manusia yang seutuhnya.
Menurut pandangan Syaikh Ibrahim al-Bajuri,[30] manusia yang terlahir ke dunia setidaknya
mengalami perkembangan dan pertumbuhan melalui beberapa proses berikut:
Pertama, Janin. Dinamakan janin, karena ia tersembunyi atau
tertutupi dari yang lain. Janin merupakan proses awal manusia yang berada dalam
rahim sebelum lahir ke dunia. Janin berada dalam rahim kurang lebih selama 9
bulan atau 8 bulan. Ada yang sampai 4 tahun, sebagaimana yang dialami oeh Imam
asy-Syafi'i. Namun, ini jarang terjadi, atau bahkan mungkin hanya beliau yang
mengalami hal ini.
Kedua, Tifl, Dzurriyah, dan Shabi. Hal ini terjadi setelah ia
terlahir ke dunia dari sejak ia menetek pada sang ibu sampai pada masa ia sudah
mampu berjalan secara sempurna. Atau dari tahun pertama sampai ia menginjak
umur 15 tahun, atau menjadi baligh. Jadi, dari masa ia menyusu, belajar
berjalan hingga ia mengenal siapa kedua orang tuanya, disebut tifl.
Ketiga, Fata dan Syab.[31] Adalah fase seseorang yang dimulai sejak
ia menginjak baligh sampai memasuki umur 30 tahun. Jadi, masa di mana akal
pikirannya sudah matang, mampu mengendalikan hawa nafsunya, serta tindakannya
mengarah pada hal-hal yang positif, dinamakan fata.
Keempat, Kahl. Adalah seseorang yang melewati umur
30 tahun dan berakhir pada umur 40 tahun. Jadi, masa ini hanya dilalui tidak
lebih dari 10 tahun.
Kelima, Syaikh. Merupakan fase seseorang yang melewati batas umur
40 tahun. Hal ini secara bahasa. Namun, menurut istilah, kata syaikh mengalami
perluasan makna. Kata tersebut juga bisa disematkan pada seorang anak yang
sampai pada tingkatan ahl fadl (memiliki keutamaan).[32]
d.
Bias tafsir al-Qur'an dan al-Hadits terhadap
fiqh perempuan
Perbedan penafsiran di kalangan ulama' terhadap penciptaan Adam dan Hawa
akan berimplikasi terhadap pembentukan hukum Islam (fiqh). Seperti yang berkenaan dengan masalah
kencing anak laki-laki dan perempuan. Ditilik dari cara penyuciannya jelas
berbeda, kencing anak laki-laki dapat disucikan dengan cara memercikkan air.
Sebaliknya, kencing anak perempuan tidak cukup hanya dengan cara memercikkan
air, namun harus dibasuh. Sebagaimana sabda Nabi:
يُرَشُّ
مِنْ بَوْلِ الْغُلاَمِ وَيُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ
Artinya:
"Kencing anak laki-laki cukup dipercikkan air, sedangkan kencing anak
perempuan dibasuh."[33]
Juga
terdapat sebuah hadits:
أَنَّهَا
جَاءَتْ بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ لَمْ يَأْكُلْ الطَّعَامَ فَأَجْلَسَهُ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حِجْرِهِ فَبَالَ عَلَيْهِ فَدَعَا
بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ عَلَيْهِ وَلَمْ يَغْسِلْهُ )رواه البيهقى(
Artinya:
"Sesungguhnya
Umi Qais datang membawa anak kecil yang belum pernah mengkonsumsi makanan,
kemudian Nabi mendudukkan di kamarnya, ternyata ia kencing, lalu Nabi meminta
diambilkan air dan beliau memercikkan tanpa membasuh kencing tersebut." (HR. al-Baihaqi)[34]
Dari
kedua hadits ini, dapat dipahami bahwa, cara penyucian kencing anak laki-laki dan
kencing anak perempuan tidak sama. Namun, sesungguhnya adanya perbedaan bukan semata-mata lahirnya hadits
tersebut. Tetapi, karena kencing laki-laki tidak terlalu bau di bandingkan
dengan kencing anak perempuan. Juga karena perbedaan proses penciptaan Adam dan
Hawa itu sendiri. Di mana Allah menciptakan Adam dari air dan lumpur, sedangkan
Hawa diciptakan dari daging dan darah yang sejatinya ada dalam diri Adam. Dari asumsi
adanya perbedaan penciptaan inilah hukumnya pun ikut berbeda.[35]
Dalam literatur kitab fiqh dijelaskan, bahwa tidak
sembarang anak kecil yang kencingnya cukup dengan dipercikkan air. Namun,
disyaratkan ia belum memasuki usia dua tahun serta belum mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi (tagadzi), walaupun hanya satu kali.
Konsekwensinya, kencingnya tidak cukup dengan dipercikkan air, tapi harus
dibasuh. Namun, apabila ia mengkonsumsi karena si ibu semata-mata ingin mengajarinya
makan, maka tak jadi masalah. Artinya, tak ada keharusan untuk membasuh kencing
tersebut.[36]
[2] Rahmini Astuti, Asal-Usul Manusia
Menurut Bibel, al-Qur'an, dan Sains, Bandung: Mizan, 1986, hal. 107-116.
[3] Frans Dahler dan Julius
Chandra, Asal dan Tujuan Manusia (Teori Evolusi), Yogyakarta: Yayasan
Kanisius, 1971, hal. 21.
[6] Prof., dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita, Jakarta: Arcan, 1998, hal. 77-81.
[7] Agus Mustofa, Pusaran
Energi Ka'bah, Surabaya: PADMA press, 2008, hal. 44-46.
[8] Prof., dr. Ida Bagus Gde
Manuaba, SpOG, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta: Arcan,
1998, hal. 79.
يَا
بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ
وَرِيشًا...
Artinya:
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan…."
[10] Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir
al-Manar, Bairut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1999, Juz IV, hal. 264.
[11] Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Bairut:
Dar al-Ihya' al-Turâts
al-'Arabiy, tt, Juz IV,
hal. 175.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً …
Artinya:
"Hai sekalian manusia, bertawakalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya, dan
dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak.......
[13] Sayyid Mahmud
al-Alusi al-Bahgdadi, Tafsir al-Alusi, Juz III, hlm.397,
al-Maktabah al-Syamilah.
خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيْهِ الشَّمْسُ
يَوْمُ الْجُمُعَة فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيْهِ
أُخْرِجَ مِنْهَا وَلَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ
إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ.
Artinya:
"Hari yang paling baik adalah hari jum'at, pada hari itu Adam
diciptakan, ia dimasukkan ke surga, ia dikeluarkan dari surga, dan pada hari
itu pula kiamat pasti terjadi.
[18] Ahmad bin 'Ali bin Hajar al-'Asqalani, Fath
al-Bary li ibni Hajar, Juz IX, hal. 105, al-Maktabah al-Syamilah.
[20] Diceritakan bahwa, di saat Adam tidur di
dalam surga, Allah dengan kekuasaannya menciptakan Hawa dari salah satu tulang
rusuk bagian kiri Nabi Adam. Tatkala Adam bangun dari tidurnya, Ia tersentak karena di
sisinya ada seorang wanita. Dalam diri Nabi Adam tumbuh rasa cinta dan ia
hendak memegangnya, tetapi para malaikat segera mencegahnya, seraya berkata: ”Jangan
kau lakukan sebelum kau memberinya mahar (maskawin)." Nabi Adam
bertanya: "Apa maharnya?" para malaikat menjwab: "Bershalawat
pada Nabi Muhammad sebanyak 3 kali, riwayat lain 17 kali." (Lihat,
Tafsir al-Shawi, Dar al-Ihya' al-Kutub, Juz I, hal. 22.)
[22]Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, Juz
III, hal. 132, al-Maktabah al-Syamilah.
[23] Muhammad bin Isma'il Abu Abdillah
al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, Beirut: Al-Makatabah al-Tsaqâfiyah, tt.,
Juz XVI, hal. 184
[26] Al-Qur'an menggunakan tiga istilah untuk
menunjuk kepada manusia. Pertama; menggunakan kata yang terdiri dari
huruf alif, nun, dan sin semacam insan, ins, atau unas.
Kedua; menggunakan kata basyar. Ketiga; mengunakan kata bani
adam dan zurriyat adam.
[28] Prof., Dr. Umar Shihab, Kontekstualitas
al-Qur'an, Jakarta: PENAMADANI, 2003, cet. I, hal. 105-106.
[30] Syaikh Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah
al-Bajuri ala Ibni Qhasim, Semarang: Maktabah Taha Putra, tt, Juz I, hal.
3.
[31] Sebagaimana perkataan orang Musyrik yang
menggunakan kataفتى terhadap Nabi Ibrahim a.s ketika Beliau
menghancurkan patung-patung sesembahan mereka.
قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ. (الانبياء :60)
Artinya: "Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang
mencela berhala-hala ini yang bernama Ibrahim." (QS. Al-Anbiya': 60)
[32] Selain itu, kata syaikh memiliki dua makna
yang berbeda. Pertama; dalam hal perzinahan, kata syaikh diarahkan
pada seseorang yang sudah berkeluarga, tidak tertentu pada orang yang melewati batas
usia 40 tahun. Sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur'an yang telah dinasakh
ayatnya, namun hukumnya tetap.
اَلشَّيْخُ
وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوْهُمَا اَلْبَتَّةَ نَكَالاً مِنَ اللهِ وَاللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Artinya: "Laki-laki yang sudah
kawin dan perempuan yang sudah bersuami apabila melakukan zina, maka rajamlah
keduanya seketika itu sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (Lihat, Syamsuddin al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Juz
XIV, hal. 113, al-Maktabah al-Syamilah).
Kedua; tertera dalam
sebuah syi'ir tentang kata syaikh yang diarahkan pada seseorang yang tidak
mampu lagi berjalan tegak (membungkuk). Sebagaimana yang dikatakan oleh Abi
Umayyah Aus al-Hanafi:
زَعَمَتْنِى شَيْخًا وَلَسْتُ بِشَيْخٍ # لَكِنَّ الشَّيْخَ
مَنْ يَدَبُّ دَبِيْبًا
Artinya: "Perempuan
itu menyangka saya adalah syaikh, padahal saya bukan
syaikh. Akan tetapi, syaikh adalah seseorang yang berjalan membungkuk. (Lihat, Ibnu
'Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz XV, hal. 120, al-Maktabah
al-Syamilah).
[33] Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Quzwaini, Sunan ibnu Majah, Juz
II, hal. 193, al-Maktabah al-Syamilah.
[35] Abu bakar Ahmad bin Husen al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, Juz II, hal.
161, al-Maktabah al-Syamilah.
[36] Muhammad ibn Qashim asy-Syafi'i, Tausyekh
ala ibn Qashim, Surabaya: al-Hidayah, tt, hal. 39.
Post a Comment